Sabtu, 09 November 2013

Aku dan Masa Lalu

Mentari akan terus berganti.
Waktu juga gak akan berhenti.
Tapi kenapa aku harus terhenti disini?
Sedang mereka bisa beranjak pergi !

Aku tak pernah bisa mengabaikan masa lalu.
Aku ingin jauh pergi ke depan..
Mungkin kaki bisa berlari.
Namun hati tetap disini, di masa lalu ini..

Mereka yg dulu bersamaku menjauh.
Seakan tiada pernah terjadi kebersamaan itu.
Mencoba dan selalu berusaha menjaga persahabatan ini.
Tapi semua hanya jerih payah yg tak terbalaskan..

Pernah gak berfikir jika kau dilupakan, diabaikan, atau bahkan tak dianggap?
Seperti angin berlalu tanpa jejak !
Ada gak terlintas sebuah petuah yg menyatakan, dari masa lalu kau menjadi baru..

Kau tinggalkan masa itu.
Kau lupakan mereka yg dulu menghiasi harimu, termasuk aku.
Kini kau punya masa yg baru..
Dimana aku tak bisa hadir dan masuk dimasa itu..

Aku ingin pergi dengan masa baruku.
Aku ingin seperti kalian yg menikmati masa itu.
Tapi aku gak pernah bisa pungkiri.
Kalian yg selalu kuharapkan datang menghampiri..
Ternyata enggan untuk berbicara bersamaku lagi..

Ingin kuputar waktu. Aku pasti fokus untuk diriku..
Tapi tiada pernah ku fikirkan itu.
Karena sangat kuimpikan kebersamaan yg dulu.

Mungkin salah bagiku memaksa inginku..
Tapi cobalah sekali menghampiriku..
Kita sama2 bercerita hal baru..
Dan menjadikan semuanya tetap utuh :)

Masih tetap "Aku"

Kau bisa temukan temanmu
Kau bisa cari senangmu
Aku bisa temukan temanku
Aku bisa cari senangku

Dunia berputar, lelah dibawah aku mencoba ke atas
Malam juga tak selamanya gelap
Mentari terbit aku mencoba bangun
Dan kemarin tinggal untuk dikenang

Aku hidup dalam masa lalu
Mencari pelajaran dari tiap yg berlalu
Tapi masa depan juga menunggu
Kau tak berhak hentikan itu..

Ribuan kata ku rangkai
Ratusan kalimat ku susun
Menuturkan tiap rasa yg terjadi
Ketika semua tak bisa kukatakan..

Dan ini yg bisa ku terjemahkan
Ketika kau dan kau tak bisa mengerti
Apa maksud yg ingin kuungkapkan
Dan hanya disini aku berani berbagi..

Catatan yg mungkin tak kalian baca
Goresan yg mungkin tak penting diketahui
Namun ini akan menjadi tanda
Tersirat keinginanku untuk kembali lagi..
Dan aku masih tetap menjadi aku..

Senin, 07 Oktober 2013

Ketiga Lilin angka 19 ditahun ini




Lilin ketiga angka 19 yg kudapat di tahun ini. Diumurku yg ke 19 tahun sudah ku hidup.Banyak yg kualami terjadi di kehidupanku.Namun tak banyak yg kumengerti akan kisah ini. Dan tak banyak yg mampu ku atasi hanya dengan sekedar tawa.
Lilin pertama angka 19 kuterima dari mereka yg baru ku kenal. Malam hari ketika aku lelah pulang dari reatreat, aku minta tolong rani buat belikan susu, karena aku benar2 pengen minum yg hangat. Tiba2 kawanku tri datang menghampiri. Dia mengira aku sakit dan dia membawakanku nasi beserta susu coklat yg panas. Mungkin rani yg memberitahunya. Tiba2 Mereka datang, yaa.. teman-teman kostku bersama rani. Mereka datang beramai-ramai menghampiri kamarku dengan membawa bolu kecil dan lilin menyala diatasnya sambil bernyanyi “selamat ulang tahun”. (22 september 2013, tepat hari ultahku)
          Lilin kedua angka 19 kudapat dari mereka dikelompok baruku.  “Agave Magistra Small Group”. Setelah siap melaksanakan kelompok kecil, sharing dengan mereka dan mempelajari topik mengenai Hidup Baru, tiba2 kak sarah, pembimbing KK kami pergi ke belakang tanpa permisi apa2. Semua yg sibuk bercerita, sementara aku juga sibuk dalam percakapan dengan mereka, tiba2 jhonel bernyanya “selamat ulang tahun”, aku menoleh ke belakang dan ternyata kak sarah sedang membawa kotak yg berisi bolu dengan angka 19 juga yg menyala diatasnya. Kembali mereka memberi ucapan itu. (26 september 2013, lewat 4 hari setelah ultahku).
          Lilin ketiga angka 19 kutiup dengan mereka teman lamaku. Hanya ada aku, Enjel dan Dicky. Kami memang sudah janjian untuk ngumpul karena dicky sms kalau dia mau ke batam, seperti biasa jika ada kawan yg mau pergi harus ada acara ngumpul2nya sebelum dia pergi. Enjel menjemputku dan kami menghampiri dicky di lampu merah, kuliat dia membawa sebuah kotak bolu dan dia bilang itu untuk ngerayain hari jadinya sama Enjel, ya aku gak percaya lah. Kami ambil tempat Tst dekat medica, depat tanah lapang. Setelah dibuka itu kotak ada tulisan “Happy Birhday Ira”, aku spontan senyum dan tertawa dengan itu, njel suruh buat kata sambutan dan dicky bilang “Cuma bertiganya kita, kalau td rame gpp”, aku disuruh make a wish dan tiup lilin, foto2, enjel ngasih kado dari mereka berdua.(27 september 2013). Antara senang dan kecewa. Yaa.. kami Cuma bertiga, dari begitu banyak teman yg selalu ada buat ngumpul, tapi ternyata gak ada saat waktu ultahku tiba. Mungkin andi dan melki yg selalu hadir kali ini gak bisa ada karena mereka sudah pergi ke Jakarta, indah di Jambi dan hesti di asrama. Tapi kemana itokku master, kakakku iin,juju, yohana, silvi, jahtra, fiqi, wira, meeq, cynthia? Kemana semuanya? Bahkan ucapan kalian gak berarti apa-apa, karena ucapan hanya menandakan kalian gak mampu meluangkan waktu bareng sebentar saja untukku ! Ini bukan salah siapa2, waktu yg membuat ini dan waktu juga yg tau apa maksud dari semua ini.
          Ini juga yg membuatku mengabaikan tanggal 22 september, karena yg ku inginkan di hari itu gak pernah dapat terwujutkan, yaitu berkumpul, tertawa dan bercanda dengan kalian semua sahabat-sahabatku. Gak salahkan aku mengabaikan tanggal itu? Mungkin lebay bagi kalian, tapi bagiku kebersamaan dengan sahabat sangat kujunjung tinggi dan berpengaruh di hidupku ketika aku gak mendapatkan itu di rumah..
Cukup senang dengan ketiga lilin angka 19 di tanganku, lilin ini akan selalu ku simpan bersama mereka yg mengingat aku ^.^

Minggu, 22 September 2013

Ketika kata Happy Birthday gak berarti apa-apa




Sebuah tanggal dibulan ini
Tanggal yg tak pernah mau ku jalani
Waktu yg tak pernah mau ku miliki
Adalah saat mereka member kata “happy”
            Ucapan selamat atas sebuah birthday
            Bagiku hanyalah sebuah kata sapaan
            Tak ada yg salah ditanggal ini
            Semua biasa saja dan inilah kenyataan
Selalu berniat hadir untuk waktu mereka
Menciptakan tawa ditiap gurauan bersama mereka
Melukiskan kenangan yg tak akan pernah hilang
Dan menjadi seseorang yg selalu dikenang
            Namun satu yg tak pernah terfikirkan
            Mereka gak ada saat waktu jadi ku tiba
            Sahabat-sahabat yg selalu meluangkan waktunya
            Kini pergi untuk sebuah masa depan
Salah jika aku mengabaikan tanggal di bulan ini?
Waktu yg seharusnya menggoreskan kebahagiaan
Ternyata menjadi sebuah waktu yg terabaikan
Bahkan kata “Happy Birthday” gak berarti apa2 lagi
Mengganti jenuh dengan tawa, mengganti benci dengan kasih
Sahabat yg sempurna gak selalu bersama
Ketika ku tau waktu bukan hanya untukku
Ketika itu juga aku harus mampu terbiasa dengan suasana baru

Walau aku gak bisa bercerita tentang hari ini
Gagal merasakan waktu jadiku bersama mereka
Gak mampu protes ataupun berkata-kata lagi
Dan akhirnya memilih diam

“1!24_Tu!2nip”

Selasa, 10 September 2013

Nyampek enggak, Pulang iaa :D Kejadian di akhir agustus 2013



“Woy !
Aku, wira, dicky, bintang, master mau ke Berastagi hari selasa. Udah jelas x ini. Kau mau ikut?”
Sms berisi ajakan yg dikirim andi ke kami (minggu 25 agustus 2013).
“selasa? Aku pulang ngampus jam tengah 1, jumat napa..”
Buru-buru aku cari nama Njel di kontak dan ku kirim sma berisikan:
“lek, ada sms andi?”
“ada lek, aku gak bisa hari selasa”
“sama lek, udah kubilang jumat adja”
“kalaupun jumat naik apa lek? Gadak kendaraan kita”
Tiba-tiba, “dreeettt..dreeettt..” belum sempat membalas, bunyi getar hp menandakan sebuah sms masuk. Dan itu dari andi “kalau jumat bisa kalian?” smsnya untuk mencari waktu yg tepat. “bisa, tapi gadak kendaraan kami. Kendaraan kalian lah pinjam untuk kami pakai”. Yaa, itu balasan ku untuk konfirmasi dan menunggu kejelasannya..
“gampang, bisa diatur. Tunggu aja tanggal mainnya” wessss... sangat meyakinkan nih :D

26 Agustus 15:36


Ira Turnip Chan : jadi kalian besok ke brastagi lek?
Melki van hite       : jadi lek.. ^^
Ira Turnip Chan   : yah, kecewa penonton..
Melki van hite       : jumat gk bisa kami bro.. andi mw ke brastagi sma org gerejanya. .
sabtu klen bsa?
Ira Turnip Chan  : njel jg gak bsa jumat. SABTU aku dan njel pasti bisa. gadak dibilang andi ke kau?
Melki Van Hite     : ada sich.. tpi kreta pun kurang lek.. cuma aku, dicky, master yg bwak..,
Ira Turnip Chan  : yg ikut siapa adja?
Melki van hite      : aku, andi, master, wira, dicky. .
Ira Turnip Chan  : intinya udah jelas.
Melki van hite      : blom tw jugak..
Ira Turnip Chan  : jelas kalau kami memang gak di ijinkan ikut.
Melki van hite      : diijinkan llho. -_- . mkanya mw kuatur dlu, syangnya hpku dibawa adek ku pulak ke sibolga sana..,
Ira Turnip Chan  : Udah semangat x kami 2 lek, kecewa x kalau gak jd ikut -.-
Melki van hite      : nangis kw lek?
Ira Turnip Chan : enggak lek, ketawak -.-

-jumat 30 agustus 2013-
“lekk, jadi besok ke berastaginya?” –sms gak dibalas-
Yaa, sms andi dan master, satu pun gak dibalas tahee.
Malamnya nunggu info, siaga hp disamping bantal. Aku rebahan dikamar, yg kupikirkan hanyalah gimana jadinya besok. “Akkkhh sudahlah tak mungkin jadi itu, mau kendaraan siapa dikorbankan :D andai aku punya mobil” ngomong sendiri dan jawab sendiri dalam hati. Hening, bengong, pening, semua-semualah..
*eehhh, terkejut dengan getar hp disamping bantal yg dekat dengan telingaku.
“sorry x yaa baru balas sms kam, aku tadi ke berastagi sama orang gereja ku. Kita jadi besok ke berastaginya tapi nantik jangan bilang ke berastagi ya, bilang adja ke namukur”
Hahaa.. emang siapa yg nanyak nantik? *pikirku*
“kata melki kurang kendaraan” balasan untuknya karena udah gak yakin bakalan jadi.
“bentar kutanya mobil master”
“ok”
Sms masuk dari njel  “lek, jadi rupanya kita ke berastaginya”
“haha, iaa lekk. Tapi masih bingung masalah kendaraan. Kita tunggu info adja lah”
“okk lekk, nantik kalau jadi bawakkan bontotku ya lek, gak ada uangku lek, biar gak jajan aku” tiba2 njel nyuruh bawak bontot :D #krismon
“gampang lek, eehhh tapi kenapa aku doank yg bawak, kenapa gak sama2 kita bawak? -.-“
“hahaha, gak sempat aku masak lek. Sesekalinya :D”
“okoke siipp”
Belum ada kejelasan masalah kendaraan tadi, berarti masih diambang-ambang. Agak2 kutunggu lah, tapi ternyata mata ini udah ngantuk dan “Sssssttttttt” aku ketiduran :D
-00.30 terbangun-
*hp mana hp* sambil meraba-raba tempat tidur
4 pesan masuk, cepat2 ku buka. 2 diantaranya adalah sms andi “nip, telpon dulu bentar” sms sebelumnya. Dan sms diatasnya “gak jadi besok, gak ada kendaraan. Kurang satu kereta”.
Kannnnn, apa kubilang, udah gak enak perasaan L baiklah terima kenyataan ini. Wkwkw..
“gak jadi kita pergi lek” pagi-pagi terbangun sms si njel, berharap sms andi semalam Cuma mimpi :D
“haha, iaa lekk gak rejeki kita”
“iaa lek, padahal pengen kali”
Berhubung gak jadi, nyuci kainlah aku tahee :D, hp tadi letak di kamar mandi juga. Setengah pakaian siap, dan hp tadi bunyi, sms sebiji masuk dari Njel hulu : lekkk, jadi beneran kita ini gak jadi ke berastaginya?”
“haha, gatau lekk.. sms andi min aku lagi nyuci” balas sms dengan busa-busa rinso di tangan.
“gak ada satu kereta tadi? Kalau ada biar langsung gerak kita ke berastagi” *eeeehhhh, si andi sms, panjang umur.
“baru mau di sms udah datang smsnya lek, panjang umur dia, gadak kereta kam lek? Sms njel juga masuk dan saat itu pakaian sudah siap di jemur :D
“kereta tanteku ada lek, tapi belum ku bilang, gimana?”
“yodah cobak adja lek”.

-Sms tante-
“tan, aku boleh pinjam kereta tante? Aku mau ke perpustakaan daerah binjai, ada tugasku. Hari senin dikumpul. Kalau boleh biar ku ambil tan” *delivered message
Tunggu lima menit, gak juga di balas. Mandangi hp siapa tau keselip-keselip dikit pesannya.. saat itu njel juga sedang konfirmasi dengan andi untuk ngambil ini kereta. Lama gak ada balasan, ngandelin pulsa dua ribu perak, cari nama kontak, telpon tante. “tan, gimana bisanya?” dikit membujuk :D nada suara merendah biar sedikit yakin. “bisa, ambil lah kesini biar dijemput kau disimpang” bakkkhh, tante yg baik, bener2 mengerti keponakan :D “ok sippp, aku datang tan”. Suara dinetralkan *tutup panggilan. “Yeeesssss ! kita CAW :D *loncat2 sendiri*
            “kereta dikasih lek, gimana ngambilnya? Bisa kam ikut?” buru2 aku sms njel buat ikut aku untuk ngambil kereta.
            “naek apa kita lek, ntar ku sms andi adja biar dijemput”
            “gak bisa, harus cewek, biar dikasih.. mananya! Kauu minn..”
            “yauda gini adja, siap2 dulu kita semua, baru sama2 semua ngambil kereta kam”

            “itu pun jadilah”
“ada acara mandi2 gak?”
“gak tau lekk, tanya andi lah. Gak s4 aku tanya tadi :D”
haha, yaa.. tiap jalan2 harus ada mandi-andinya samaku. Itu baru jalan-jalan namanya. Maklum, hantu air :D gak lama kemudian hp tadi getar.
“kalau dah siap sms aku, biar ku jemput kam” pesan masuk dari andi.
“gak bisa kam yg jemput, harus Njel, siap2 lah kalian semua biar belakangan kita ambil kereta, rame2 kesana. Ada acara mandi2 gak?”
            “ada, sidebuk2” wesssss, tambah semangat lah aku :D
“ok, jemput aku kalau ku sms ya”
Nah, sms gak dibalas lagi. Ok dah clear masalah, masukkan baju ganti dan peralatan lain kedalam tas :D gak peduli apa yg dibawak pokoknya masukkan adja :D geret kunci tas dan cuuussss kita gerak :D *Hp mana hp*
“lekk, jemput aku di gereja saksi jahowa ya” *message delivered tapi sms gak dibalas. Pakai sepatu pink, jaket liris2 biru dan putih, tas ransel, aku melangkah dengan cepat kek iklan2 itu, seribu langkah anlene :D pandangan terus kedepan, hingga sampai di saksi jahowa dan gak ada siapa2, berhubung gak ada si andi, lanjut terus jalan ke simpang, sesekali melihat ke belakang dan ternyata gak ada juga. Sampai simpang, timbullah hasrat ingin naik angkot, berharap bisa lebih cepat sampai ke tanah merah. Uak angkot udah nawarkan, tinggal naik adja, Tapi ternyata feeling berkata lain, “tunggu bentar Nip” yaa, kata hati kecil itu bicara. “enggak wak” kataku, siangkot pun pergi dengan cepatnya.  Kemudian aku langkahkan kakiku ke jalan yg kulalui tadi, kira2 tiga langkah, aku langsung melihat ke belakang. Dan dari kejauhan aku melihat dua orang dengan dua kereta yg wajahnya tidak asing lagi bagiku, satu mengenakan baju hitam lengan panjang dengan kereta biru dan satu lagi kaos kuning motif batik dengan kereta FU hitam. Yaa.. itu andi dan melki :D untung aku gak naik angkot, mereka melihatku juga dan menghampiriku dengan keretanya..
“lama x kalian lek”
            “iaa, ni baru jemput kereta master ini”
Nahh, gak perlu lama-lama lagi langsung aja aku naik ke kereta yg dikendarain melki setelah mereka bertukaran kereta. Saat itu posisi di simpang sabara, tepatnya di gg masuk yg ada di samping brimob, tak lagi bicara lama, melki dan andi menyalakan stater dan gas kereta siap untuk berangkat(siiuuhhhh) :D Kami pergi jemput njel ke rumahnya yg berada di kebun lada, tau dunk yaa? :D
            “master mana lek?” tanya ku sama melki yg sambil mengendarai keretanya.
            “ngantar saudaranya dulu dia lek”
            “ooo ikutnya dia?”
            “ikutlah” jawaban singkat yg cukup, cukup membingungkan :D
            “oo,, tau kau apa alasanku buat ngambil kereta lek?” kataku sembari berbagi kebohongan.
            “apa lek?”
            “ke perpustakaan daerah lek, mau nyari tugas” :D
            “hahha.. kau tau apa alasan kami lek?” tanya melki berbalik.
            “apa?”
            “ke kandang dicky lek” :D
Bakkkhh, ngek ngokkk.. parah x alasannya bakh :P gak ada yg betol alasan kepergian kami ini L
Sebentar diperjalanan, nyampeklah ditempat Njel,
“udah kalian sms njel?” tanyaku pada melki yg masih memegang erat kedua setang keretanya, saat itu aku yg dibonceng dibelakangnya melki masih was2, kali kali andi berniat berhenti tepat didepan rumahnya njel.
            “gatau lek, tanya lah andi” jawabnya dengan singkat tanpa pikir-pikir lagi.
            “bakh jangan pulak pas masuk kita ke rumahnya lek, gak dikasih pulak nantik njel, udah pun pakaian kalian gini, gak yakin nantik ortunya kalau kita mau pergi”
            “wkwk, iaa yaa.”
Sampai lah di simpang rumah njel dan saat itu tinggal lah sejengkal lagi sampai ke rumahnya, disitu ada titi, yaa, titi yg harus dilewati sebelum mendapatkan rumahnya.dan saat itu andi dengan keretanya sudah berhenti di titi itu, secepatnya  aku yg dibantu melki memberi aba2 sama andi untuk tidak masuk ke gg nya njel sebelum njel memberi konfirmasi. Megetahui kode dari kami, andi berhenti dan memutar balik keretanya keseberang, tepatnya dibawah pohon rindang, pas didepan gerbang rumah milik seorang penduduk situ yg pas pula didepan studio juju, dimana aku dan melki sudah duluan mendarat disitu. Lama kami rasa menunggu kemudian aku menelpon njel, kulihat seorang ibu2 dan aku tahu bahwa itu tetangga nya njel, ia yg sedang berdiri dengan keretanya ternyata juga melihat gerak-gerik kami, mungkin dia curiga kalau kami akan menculik njel atauuuu, akhh tau akhh, siapa yg bisa baca pikiran orang.. ya kan?
Haha.. tiba-tiba njel keluar dengan kemeja birunya dan jeans coklatnya.. eeiittsss tunggu dulu, ada yg aneh. Yaa, ada handuk dikepalanya yg menandakan bahwa dia baru siap mandi :D #ketauan dehh..
“lekk, bentar yaa” sambil melambaikan tangannya ke arah kami dia langsung menghilang ke dalam rumah..
“iiaa, cepatlah” jawabku dengan pelan karena dia juga udah lari kedalam..
“lama x pun, mandi aja lama x, ntah apa yg digosok’ii” wayyooo kata siapa tuh? Haha.. siapa lagi kalau bukan andi :D somplak, bisa2 nya melawak si laekk..
“gosokk tiiiiiiiittttttttttttttt” sambung melki yg sama2 errornya :D tawa pun terjadi menghilangkan kebosanan kami yg lumayan lama menunggu si njel yg WAW ini :D
Ok kita singkat adja ya :D kami segera ke tanah merah buat ambil keretanya. Setelah kereta ditangan kami dengan satu alasan ampuh untuk dijadikan sebagai peluluh hati si tante yaitu “perpustakaan daerah” :D #berdosanya aku tahee L fine gpp, sesekali.. haha.. kami langsung tancap gas ke rumah andi dan sesampai dekat rumahnya aku melihat melki yg memegang piring, langsung saja ku panggail “woy!” masih dalam keadaan mengendarain kereta bersama njel yg sedang ku bonceng dibelakang dan  ternyata bagaimana saudara-saudara? #engingeenggg... mereka mau makan, yaa makan 2 potong ayam dipiring kaca yg berwarna colat cola2 (tau dunk yaa? Piring untuk partamiangan itu :D) jadi agak2 diusir secara halus lah kami :D
            “kalian udah makan?” tanya melki dengan sebuah piring kaca yg berisi dua potong ayam tadi ditangannya.
            “belum lek” jawabku
            “haa, mending makan adja lah dulu kalian ke rumah” #trikbasiiii
            “eee lapet, gak mungkin kami kerumah lagi”
            “bukannya ngusir, tapi makan adja lah dulu kalian di serba 6000 sana :D perjalan kita jauh ini” katanya lagi meyakinkan, taulah kami maksud si lae ini #pikirku, karena memang mereka juga belum siap2, dan juga kami lapar dan belum makan.. maklum yg gak ada duit ,jadi cari yg gratis lah kami, cuusss kami akhirnya memilih rumah juju sebagai korbannya :D sekalian ada urusan. -dianggap selesai lah ya-
 “kerumah melki kalian”
Sms andi, berupa tanda dari dia bahwasannya mereka udah siap. Dengan membaca sms itu, aku dan njel gerak ke rumah melki dan “keluar lek” sms ku menandakan kalau kami udah nyampek didepan gerbang.
Dengan celana jeans panjang tanpa baju andi keluar dari rumahnya melki, tapi wajahnya menandakan ada sesuatu yg kurang enak dipandang dan pasti ada kaitannya dengan rencana kami ini.
“ayok lah” ajakku yg memberhentikan kereta tepat disamping luar gerbang rumah melki.
“bentar” katanya, disertai melki yg menyusul datang dari belakang andi..
“nunggu apa lagi?”
“master gak jelas, gak jadi ikut dia, aku gak enaknya sama wira”
“kenapa?” tanyaku penasaran disertai rasa kesal, yaa.. si master memang sering x gak jelas.
Kami pun ambil posisi yg adem, dan pinggir-pinggir paret ternyata cocok dibuat untuk ngadem sambil membicarakan kendaraan yg kurang satu dan orang yg kurang satu. Wkwk :D. Paret nya gak ada air broo, gak nguap dan gak ada yg kuning2 mengambang, jadi makan rujak pun gak masalah dipinggir paret :D PAS pulak kami beli rujak smanpat tadii, jadi lengkap lah pembicaraan yg tak jelas ini. Wkwkwkw...
Mendengar pernyataan master yg gak ikut tadi, aku telpon dia biar tau kejelasannya. Tapi gak diangkat-angkatnya. Sumpah, benar2 parah. Mereka mengusulkan jaja, yaa ini kawan kami juga, Sejahtera Surbakti. Nyari nama jahtra dikontak hp ku dan “tuttttt...” bunyi yg terdengar menandakan telpon nyambung ke nomor jaja. Setelah bunyi tuuuttt hilang yg menandakan telpon diterima alias diangkat..
“lek, kau dimana?”  aku langsung adja nyosor tanpa kata hallo lagi.
“medan lek” jawabnya sedikit besar dan ribut, mungkin karena disana juga sedang ramai orang.
“dah siap wisuda kakakmu? Ikut napa kam ke berastagi lek , kami kurang kendaraan”
“udah lek, gak bisa aku loh.. ajak master lah, dicki. Ada acara lagi di kampungku nantik”  hah, jawaban yg cukup jelas #dia gak bisa.
“okok lek” *tutup panggilan*
“wira tadi gimana mel?” aku nanya melki yg berdiri satu meter disampingku, dengan celana bolanya yg ponggol dan tanpa baju juga.
“katanya gak ada kereta, dibawa adiknya ke sekolah”
“akh, masak jam segini masih disekolah”
“yauda telpon lah dulu” sambung andi yg sedang jongkok dipinggiran paret gang tersebut. Dengan njel yg sedang asyik dengan rujaknya..
Baiklah, agak2 ditelpon, semoga sanggup ni pulsa :D –nyambung dan diangkat-
“wir, ini ira. kau dimana?”
“dirumah ini”
“ada keretamu?”
“gak ada”
“bakh, masak gak ada udah jam segini, kami udah ngumpul semua di tempat melki ini”
“yauda tunggu bentar”
“okk” –panggilan dimatikan-
Lama duduk di gang kecil rumah melki, wira pun datang dengan keretanya. Baju kemeja otak-kotak memakai helm dengan celana jeans hitamnya.
“ajak satu orang lagi lah biar gak ganjil”
“siapa mau diajak? Kenapa rupanya kalau ganjil?” tanyaku  membalas suruhan andi.
“kalau ganjil payah nantik, kalau ada apa2, yg ganjil tadi yg kenapa2. Bahaya” sambung melki dengan dikit tawanya..  mendengar itu mata kami langsung tertuju pada WIRA. Wewwww :D karena memang dia yg sendiri dan gak ada boncengan.
“ntah siapa kek cew nya ajak” lagi2 andi nyuruh nyarik satu orang untuk ikut dengan kami.
Ok, aku telpon dora dan gak diangkat, kemudian kirim pesan. “dor , ayok ke medan jalan2, kalau bisa biar kami jemput”
“ini siapa? Gak akh aku capek karena yg semalam, lagian mau jalan2 kemana”
Nahhh, ini dia. Pernyataan yg jelas2 gak bisa, baiklah kami 5 pun gerak ke berastagi. Aku dengan melki dibonceng dengan kereta FU nya, andi dan njel dengan kereta tanteku dan wira dengan kereta spacy nya :D
            Kami isi bensin sampai full dan CAW ! kita gerak ke brastagi. Sepanjang perjalanan kami saling menunggu, kalau ada yg gak nampak, kami liat kebelakang dan kurangi gas. Biar menghindari ketertinggalan antar anggota (essssehhh) hahahay..
Dan dibonceng sama melki itu WAW x rasanya, hampir hilang mukak ku setengah. Udah ketinggalan pun sebagian. Kalau saja wajah ini bisa berbicara, mungkin dia akan mengatakan “simpan aku di tas, aku takut” okk, ini sedikit lebayyy :D tapi kali ini aku seriuss, sesekali kuliat ke depan, semua seperti mau di tabrak samanya, dan dia hampir saja menabrak uak becak yg berada di depan kami, sumpehh jantungan x. Memang bisa dihindari, tapi ya gitu.. kita masih punya jantung broo L cintai ususmu, minum yakult tiap harii #LOH salah, ini gak nyambung :D
Belum lagi ketika aku liat meterannya itu kereta. Ternyata apa saudara? Lari 93 ke atass, SOMPLAK ! apa gak kek kurus x kurasa, macem mau terbamg adja dari tadii. Bukan itu aja, dia yg merasa ahli sering kali nyelip2 diantara mobil atau pun becakk, iyaa lohhh. Masak jalan tikus pun masih bisa didapatnya.. gak ngeri kalian rasa? Tiba lah di lampu merah. Andi dan njel didepan kami, wira dibelakang kami. Jadi kami berada 3 bersap di pinggir kanan. sebelum belok ke kanan kami berhenti dilampu merah itu dan saat itu aku sempatkan ngomong sama melki.
“lekk, kau pelan2 napa bawaknya !” dengan mukak yg dikit memelas biar dikasihani. Dia membuka kaca helmnya dan menoleh kebelakang.
 “kenapa lek, takut kau?” katanya dengan dikit tawa.
“iaa lekk, hampir nabrak pun tadi, masak kau selipkan lagi” L
“kalau masih bisa dapat, yaa bisa lek”
“dapat apanya, itu kecil x tadi jaraknya !”
“udah biasa aku, emang gitu aku bawak kereta. Itu makanya kau diam aja dari tadi?”
“iaa lahh, kau pun ntah apa” jawabku sedikit kesal bercampur takut.
Gimana mau ribut dan berbicara, duduk tenang dan gak tercampak adja udah syukur x kurasa, mau dikomen apalagi, bicara pun gak sempat dengan kecepatan tinggi yg dibuatnya. Bisa2 bibir ku pun tinggal dibelakang karena terbawak angin. -.-“ Huuffftttt.. (bicara dalam hati).
Lama menunggu akhirnya lampu hijau muncul dan kami belok ke kanan, tiga kereta tadi harus tetap bisa kelihatan, biar gak ada yg ketinggalan ataupun kehilangan jejak. Berhubung andi yg tau jalan, dia lah yg memimpin. Setengah perjalan setelah kami belok, wira ngasih kode bahwasannya keretanya perlu bensin dan kami pun mencari galon. Tiba di galon, aku dan njel ke toilet. Sedang mereka 3 menunggu diluar sambil bensin tadi terisi. Setelah siap, mereka mendatangi kami, dan saat mau pergi. “gimana nip? Mau lagi, masih berani?” si melki nyarik gara2 ternyata, ada kemungkinan dia akan lebih parah dari yg tadi. OMG L lindungi kami.. (doa-doa yg tak resmi) :D karena waktu mau pergi kami gak ada berdoa dan alasannya juga dilandaskan dengan kebohongan. #ampun ya auuoohhh -.-“
“janganlah kencang2 x lek, apalagi nyelip-nyelip” kataku sedikit merendah dengan pasang mukak yg penuh ketakutan sekalian penasaran :D #bakkhhh
Kami pun kembali menyiapkan kereta dan cuussss, kami berangkat. Posisi masih sama dan tetap berdekatan. Tapi kali ini melki mencoba memimpin saudara2, ia mulai tancap gas dan aku yg diboncengan Cuma bisa siap siaga, barang kali ada apa2. Wkwkw.. aku pun melihat kebelakang, dan ternyata aku gak melihat orang andi dan wira, *eehh tunggu, itu mereka. Mungkin lagi beli obat si njel di apotikk..
            “tunggu2 lek, orang tu berhenti. Mungkin ke apotik beli obat si njel”
Melki pun memberhentikan kereta dan ia mencagakkan keretanya kemudian turun, ia mencoba menggoyangkan pinggangnya ke kiri dan ke kanan, karena ia merasa lelah. Gimana enggak, dari binjai Cuma duduk adja di kereta. Pinggang pasti demon donk. Haha. Aku yg duduk dikereta tadi kemudian ikut turun sekalian menunggu. Agak2 digerakkan lah kaki ini..
Kemudian seseorang dari kereta yg lewat dijalan melambaikan tangannya sambil teriak “lek!”, ia di bonceng oleh seorang pria dengan jaket warna merah. YA ! itu si NJEL yg memanggil :D dan andi yg masih terus mengendarain keretanya, disusul dengan wira yg berada dibelakang mereka. Melihat itu aku dan melki bersiap, segera aku naik ke kereta dan menyusul mereka..
-tiba dikawasan berastagi-
            “lama lagi ini lek?”
            “enggak akh, liat tu yaa.. 40 KM  lagi” kata melki menunjukkan suatu batu petunjuk arah.
            “bakh, jauh lah itu bro, kukiranya 4 KM  lagi” jawabku yg sedikit protes. Kemudian aku lihat ke belakang dan “pelan lah lek, gak kuliat lagi mereka” sambil terus melihat kebelakang dan memang saat itu aku melihat orang andi dan wira yg tertinggal jauh.
            “jumpa di green hill adja bilang ma orang tu, sms andi atau njel” kata melki yg masih tetap dengan gas ditangan kanannya.
            “jangan cepat2 lah lek, ngain cepat2?”
            “mau *memperagakan orang merokok* aku” katanya lagi.. menandakan dia mau merokok.
            “bakhh, supaya apa merokok lekk, mau dimana kau beli?”
            “apalah sebiji nya, di depan green hill itu ada kede”
            #diam  *sambil mengambil hp dari kantong* dan aku mengirim sms ke si njel memberitahu bahwa kami jumpa di green hill dengan maksud supaya kami luan yg jalan. Dan saat itu benar2 ngeri x kurasa, gimana enggakk. Tau kan pastinya jalan ke berastagi gimana? tanjakan2 yg WAW, tikungan yg tajam dan mobil2 sinabung yg melaju dengan cepatnya. Seolah mereka adalah pemilik jalan itu.. ditambah melki ternyata adalah seorang pembalap lapet2, gak tanggung2 kecepatannya. Bahkan lebih parah lagi.. lari 95 ke atas, sumpah gatau harus apa diboncengan, mau loncat takut masuk jurang, mau nyuruh pelankan tapi dia lg serius, takutnya gak fokus trus nabrak. Pilihan lain adalah diam diboncengan sambil badan dikuncupkan dan sesekali megang kepala yg dilapisi helm, siapa tau copot pulak dari tempatnya. #matilahaku :D
            “lama x lek, jauh x ya green hill?” tanyaku penasaran karena dari tadi gak sampai2 tujuan.
            “itu dia, kok gak ada dari tadi kunampak bacaannya ya” sambil liat ke arah kiri.
            “bakh, taunya kau? Awas kesasar kita lekk”
            “enggak2, sebelah kiri dia” terangnya meyakinkan.
            “gak ada lg kunampak orang tu lek, pelan2 kau”
            “ini dia *nunjuk green hill* dah nyampek kita”
Kami pun berhenti di green hill, tepatnya di bawah pohon bunga yg rindang sambil menunggu orang andi, wira dan njel”
            “gak jadi kau beli rokok lek?” tanyaku sama dia yg baru turun dari kereta dan merenggangkan otot2 pinggangnya, sementara aku masih duduk di atas keretanya yg kemudian turun karena pantat ini serasa tak betulang lagi L melki tak menghiraukan pertanyaanku, dia hanya melihat ke arah warung dan jalanan yg ramai. Beberapa menit kami berada di green hill rupanya orang andi dan wira sudah terlihat. Segera kami melambaikan tangan dan andi pun melihatnya. Kemudian andi memanggil wira yg ternyata sudah didepannya, wira mendengarnya dan mereka pun menghampiri kami.
            “kek mana, lanjut?” kata melki yg bertanya kepada andi.
            “lanjutlah” jawabnya,
            “yaudah ayoklah”
Kami kembali ke kereta dan aku kembali ke tempat semula, duduk diboncengan melki. Njel naik di kereta seperti posisi tadi dan wira tetap sendiri. Setelah jalan ternyata melki masih juga dengan kebiasaannya, nyelip2 gak jelas. Bahkan setelah di klakson mobil pun ia tetap melakukan hal yg sama dan tiap ia melakukan itu aku hanya bisa menguncupkan badanku sambil memegang kepalaku. Oohhooo taheee.. udah rame, macet, gitu pulak lagi. Lengkap sudah ketakutan di atas kereta ini. L Saat itu aku dan melki kembali memimpin di depan.
            “lek, kita jangan cepat x, biar sama2 dengan mereka, jangan jauh x kek tadi”
Kalimat yg keluar dari mulutku, berharap kalaupun terjadi apa2 ada yg melihat kami. Yaa, itu perasaan yg tiba2 lewat sekejab di pikiranku. Dan semoga melki mengerti itu #pikirku
Memang kami gak jauh2 kali dari andi dan wira, gak sejauh yg tadi tapi tetap bisa dibilang lumayan jauh. Aku dan melki yg saat itu tenang di kereta, suara mobil juga gak ada terdengar, palingan satu2 kereta yg jalan di sebelah kanan kami. Bahkan didepan kami juga gak ada mobil. Serasa sepi..
Tapii,,,

“woy” kata salah seorang dari jendela mobil pick up dan “CETTARRRKK” !
Apa yg terjadi mel, jawab mel ?
Aiiihh, Kami beserak woy, BESERAK ! mobil pick up itu menyerempet kereta melki hingga kami jatuh tercampak ke sisi kiri jalan itu dan kereta melki jatuh terbanting di jalan.
Gak tau apa yg kurasakan, tapi saat itu semua kurasa bergoyang dan aku telentang melihat biru langit. Aku bangun dan mencoba untuk duduk, satu yg kucari cuma melki ! ya, melki melki melki, mana dia? L masih dalam posisi duduk aku melihat ke kiri dan tanggap langsung ke kanan, dan depan. Tapi aku sama sekali gak melihatnya dimana pun. Aku coba pulas mataku, barangkali penglihatan ini pudar dan kabur. Tapi ternyata hasilnya Nihil ! yaa, nihil. Rasa khawatir dan takut itu makin menjadi (siiittttttt, ternyata bisa juga khawatir akan nyawa orang lain :D #lebay)
Tapi serius, yg kutakutkan disini si melki ikut terseret bersama mobil tadi kedepan. Oohooo tolonggg, gatau buat ekspresi apa. (kek diberita2 itu loh) :D
Tapiii tungguu, ada yang beda kurasa posisiku ini, serasa empuk seperti ada bantal dibawahku -.-“
Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaa! Melki dibawahku, aku menimpanya.. :D #bakkkhhhtahee
Ok gak ada yg lucu (kecelakaan ini, bukan lawak2 :D)
“melki !” teriak ku yg melihat dia berbaring. Dengan luka dilututnya yg mengeluarkan darah, telapak tangan kanannya juga terkelupas dan luka2 kecil dikakinya.
Aku langsung bangun dan mencoba berdiri dan ternyata telapak tanganku juga luka,kedua lutut memar dan siku yg lecet karena terseret tadi, tapi yg kualami tak separah melki. Aku melihat wira dibelakang, ia juga melihat kami udah terjatuh, segera keretanya ia cagak kan dan langsung berlari kearah kami. Wira menggeret kereta melki sementara melki pergi berlari pincang ke sebuah tempat duduk kayu yg lumayan panjang yg letaknya kira-kira 5 meter dari tempat kejadian. Aku yg masih berdiri ditempat kejadian gak tau mau apa lagi, kulihat andi dan njel yg semakin mendekati kami.
            “kenapa?” tanya andi yg berhenti tepat disamping kami
            “melki melki” kataku langsung sambil menunjuk kearah melki
Andi yg masih membonceng njel mendekati melki yg berada ditempat duduk, aku pun ikut pergi kearah melki dan kutinggalkan wira bersama kereta tadi. Sementara kami melihat melki, andi pergi menghampiri wira dan membantunya menggeret kereta melki yg udah berantakan itu ke arah kami yg berada di tempat duduk kayu itu.
            “kok bisa jatuh kalian?” tanya wira sama kami
            “diserempet pick up lek” jawabku
            “kek mana kejadiannya?” tanya andi memotong
            “kami gak tau ada mobil dibelakang, dia lewat gak ada mengklekson” terang melki dengan lemasnya dan terlihat wajahnya yg berubah putih pucat seperti pakai bedak dua cm tebalnya.
            “makanya pelan2, kau pulak kencang x bawak kereta tadi, aku liat si ira jadi ketawak adja aku dari tadi, ia betol” jelas wira yg melihat aku memang selalu siaga tiap x melki ngebut dan nyelip.
            “tapi ku akui ini bukan pas  melki ngulah lek, baik2 nya kami jalan, aku adja gatau ada mobil dibelakang, kosong kok tadi” jelasku kepada mereka sesuai dengan kenyataan yg ada.
            “ntah pun dia sengaja nip, gegara liat kita heboh x tadi”  sahut melki yg merasa sadar akan hal itu :D
            “mungkin lah lek :D emang tadi kau kenapa agak belok?” pertanyaan yg terlontar kepadanya karena keingintahuanku hingga menyebabkan kejadian ini.
            “mau ngelakkan lobang aku, dia pun gadak ngasih klekson” jelasnya lagi sesuai kejadian yg sebenarnya.
            “jadi mobilnya lari?” (pertanyaan wira atau andi #gatau)
            “lari lah dia, apalagi jalanan sepi tadi, gadak polisi pulak kan” melki yg dalam keadaan lemah menjawab pertanyaan itu.
Mobil pick up hitam yg masih jelas kuingat badan mobilnya mengenai lenganku. Sumpehh, seperti pick up yg tiba2 lewat trus hilang gitu adja -.- suasana diam dan kami masih terbengong dengan kejadian itu.
            “minum dulu kau lek” kata njel sambil menyodorkan tupperware orange nya ke arahku.
            “gak papa aku lek, melki lah itu” kataku menunjuk melki.
            “minum lek, nah” njel mengarahkan tempat tehnya kearah melki. Melki mengambil tupperware  dari tangan njel dan meminumnya. Setelah seteguk diminumnya. Tiba2 melki melihat keatas, aku pun bingung dengan hal itu. Masih dalam suasana sepi dan diam.
“we, gak bisa liat aku, kabur semua. Putihhh” katanya sambil memaling2kan matanya kekiri dan ke kanan. #Wadduhhh, mati kita. Cemana tu?
“serius lek? Gak ada kau liat apa2” kataku penasaran diselingi dengan cemas, manatau kepalanya kenak benturan yg dasyat (wiisss, ngeri itu mamen)
“gpp nya itu, sebentar ajanya itu. Sementara” sahut andi dengan santainya, seolah dia udah pernah mengalaminya.
“enggak ini serius, gadak kunampak apa2, kabur” perkataan melki semakin membuat suasana mencekam #widdihhhh..
“gpp, sebentar. Kau pakek helm tadikan?”
*melki menunduk* “tidurlah aku bentar yaa” katanya sambil membaringkan badannya ke bangku tadi dan menjadikan tasku sebagai bantalnya.
Tiba2 “TARRRRKKK” bunyi apaan tu? Semua melihat kesamping.
“waduh, mobilnya masuk paret lek” kataku sambil menunjuk kearah mobil itu. “diam2 ada hantunya disini lek” wkwkw :D sebuah kebetulan atau gimana apapun itu whatever lah..
Saat itu wira yg berdiri didepanku langsung melangkahkan kaki ke arah andi yg sedang memeriksa kondisi kereta. “bisa hidup mesinnya? Cobak test”, andi pun menstater keretanya dan masih bisa hidup. “bisa, tapi giginya lah ini” jawabnya sambil melihat kebawah, kearah gigi kereta yg udah peot dan miring2.
            “kek gini ceritanya otomatis datang polisi nantik kesini” kata andi sambil menunjuk kejadian yg sedang diramekan orang, yaa kejadian mobil yg nyungsep ke paret2 pinggiran. Kami pun ambil langkah cepat untuk meninggalkan tempat itu, “lek, mana sendalmu” (ntah siapa yg bilang ini #lupa), aku melihat melki mengenakan satu sendalnya dan satu lagi sendal swallow yg didapatnya pas di bawah tempat duduk tadi, “disana tinggal” sambil mengarahkan ketempat kecelakaan tadi. Melihat sepasang sendal yg berbeda itu, aku langsung  dan pergi  berlari ke TKP, kuliat gak ada bus ataupun mobil yg lewat, langsung saja aku berbalik dan mencari sendal itu kemudian menentengnya, dan kami pun pergi agak jauhan.
Okk tukar posisi. Andi yg bawak kereta melki dan melki dibonceng wira karena luka itu gak memungkinkan buat melki mengendarai kereta. Dan aku dibonceng njel dengan kereta supra merah. Kami berhenti disebuah tempat pemberhentian puso, kami mencagak kereta masing2. Saat itu melki duduk, njel dan aku juga mencari tempat yg nyaman buat duduk. “ini sendalmu lekk” aku memberi sendal itu ke arah kakinya melki. “ehh, kau ambil nip? Sempat2 nya yaa, aku gak itu lagi kupikirkan :D Nyawa yg utama”  kata melki sembari memasang sendal tadi dikakinya.
Sementara andi melihat kondisi kereta dan pergi mencari suatu benda(semacam linggis) , ia mendapati benda itu dari pinjaman uak2 yg jga supir bus.  Dengan itu dia memukul gigi kereta yg rusak tadi dengan harapan bisa kembali seperti semula, tapi ternyata gak ada perubahan.
            Dengan yakin ia membuka dan melepas mur2 yg berkaitan dengan besi itu dan membagusinya. Sementara andi asyik dengan urusannya, aku membeli hansaplas untuk menutupi luka2 kecil ini dan juga luka si melki, tapi ternyata lukanya melki terlalu lebar dan banyak, gak cukup hanya hansaplas seharga gopek untuk menutupinya. Apa daya kami tak ada tissue dan P3K, namanya juga gak kepikiran bakalan seperti ini. Melki mencoba membersihkan luka2 nya dengan air dan sesekali ia menjerit kesakitan karena air yg mengenai lukanya menciptakan rasa nyeri yg cukup membuat otak diperas. Belum lagi setiap penumpang2 mobil yg lewat melihat kami tak berkedip dan tujuan hanya kepada kami :D
            “kok rame x jalan ini ya. Hari apa ini?” tanyaku penasaran
            “sabtu lek, malam minggu” kata njel menyahuti pertanyaanku.
            “iyaa yaa, sabtu ini. Baru sadar” (antara melki dan wira ini yg bilang)
            “udah tau sabtu kenapa nekat ke berastagi? Parah :D” kataku dengan dikit palak
            “udahlah apa lagi, dah nyampek sini baru kau bilang” sahut wira lagi sambil membantu andi membagusi kereta melki.
Hahahaha..  belum lg uak2 bilang “kenapa dek, beserak ya” wkwkwkw #kenakk :D
Beberapa kali andi membongkar gigi kereta itu, dibantu juga dengan wira, kami benar2 bosan menunggunya, sementara orang2 yg berlewatan sudah naik keatas untuk melihat penatapan, gundaling ataupun tempat indah yg lainnya. Bayangkan, hampir satu jam setengah ditempat itu untuk membetulinya, cuaca semakin dingin dan mulai gelap. Taulah ya, namanya juga berastagi. Dan rasanya gak mungkin lagi sempat untuk kami mencapai ke atas, padahal semua perlengkapan udah ku bawak’i didalam tas ini (ntah apalah itu :D). Apalagi melki bilang “setelah ini kita balik turun adja, kapan2 ajalah keatas ya”. Yaa, kami Cuma diam disitu..
Setelah selesai “udah ndi gak usah dicobak lagi, kita cari bengkel aja” kata melki untuk mempercepat waktu.
            “makan jagung bakar aja kita” tawar wira ke kami
            “iaa lek, mau lah”
Setelah selesai, andi keatas dengan kereta melki, kami kira dia mau nyobak, ternyata dia memang sudah nunggu diatas. Kami disuruhnya naik melalui sms yg dikirimnya, mendengar itu melki langsung menyusulnya dengan spacy hijau punya wira (nah, mungkin dah baikan ni). Akhirnya mereka berdua muncul.
“ngapain keatas lek?” tanya njel
“aku dah nunggu kalian tadi keatas, dikit laginya” jawab si andi sambil menjelaskan
“kata melki jangan keatas, balik kita” sahutku setelah mendengar perkataan andi
“jadi pulang kita ini?”
“iaa lah, udah sore lagian. Kapan2 adjalah kesana” kata siapa tu?
Nampak kekecewaan di wajah andi, bersamaan juga dengan njel dan aku yg saling tengok-tengok’an. Akhirnya kami memutuskan untuk balik pulang dan melki dibonceng wira dengan spacy nya, andi dengan kereta FU melki, dan gak ada pilihan lain aku dibonceng njel yg saat itu aku tau bahwa kondisi njel lagi lemah dan takut karena itu tikungan cukup mencekam ditambah lagi dengan laju sinabung yg kencang2.
Sepanjang kami meninggalkan tempat itu, was-was masih menyelimutiku akibat kejadian tadi, dan wajah njel juga lumayan pucat karena dia ragu mengendarai kereta itu. Posisi tetap sama, bersap. Jadi aku dan njel di depan, andi di belakang kami, melki dan wira dibelakang andi. Sengaja kami luan, biar bisa mereka memantau kami.
            “lekk, takut aku lekk L” kata2 yg selalu keluar dari mulutnya njel ditambah dengan kerutan dikeningnya dan getaran ditangannya, jelas kulihat dia tak seperti biasanya mengendarain kereta.
            “sello lekk, santai.. pelan2 adja kita yaa.. liat kedepan jangan kebelakang” kataku mencoba menenangkannya sambil memeganh bahunya..
Tiba2 bus sinabung dari arah belakang mendekati kami dan langsung mengambil bagian depan yg seharusnya kami lewati. Melihat itu, njel terkejut dan spontan kereta lari dari jalur, alias melenceng ke pinggiran. Aku juga sport jantung disitu, belum lagi njel yg teriak
            “Lekkkk ! tengok itu lek, ngeri kali” katanya dengan lemas.
“pelan2 adja kita lek, dari pinggir.fokus lek, jangan dekat kali” kataku lagi supaya dia tetap fokus.
            “mobilnya yg dekat2 lekk !” ketakutan njel semakin menjadi ditandai dengan suaranya yg besar disertai dengan kekesalannya terhadap sinabung lapet itu..
Setelah itu, kembali jalannan sudah mulai netral dan gak ada lagi tikungan2 itu. Laparr, ya kami dua lapar.
 “makan jagung yok lek, atau gak BPK” ajakan njel yg baru saja lepas dari tikungan2 jalan itu.
“tau kau tempatnya lek?”
“enggak lek, tanya wira atau andi lah”
“dari tadi gadak kuliat orang jual jagung lek” kataku sambil melihat kiri kanan, “yaudah berhentilah dulu disini biar kita bilang” sambungku lagi smbil menyuruhnya menepi. Kami menepi dekat sekolah santo tomas (kalau gak salah), melihat itu mereka juga berhenti.
“lapar kami lek, makan lah.. jauh lagi ini loh” kataku ngeles, meskipun masih bisa ditahan, tapi njel juga lagi lapar.
“mau makan apa?” kata andi
“tapi tadi kata wira ada jagung bakar, dimana? Aku kembali bertanya sambil melihat kearah wira
“diatas lah itu, mana ada dibawah ini” jawaban wira cukup membuat kami 2 mengerti bahwa jagung buka pilihan yg tepat.
“yauda kita cari makan, dimana yg ada bengkelnya yaa” sambung melki menjelaskan.
Kami pun melaju kembali dan masih dalam posisi tadhi, melihat sbuah bengkel aku pun menyuruh njel untuk pelankan lajunya. Sambil memberi aba2 ke si andi aku juga menepuk bahu njel “itu bengkel lek, ada tempat makannya” kataku sama njel yg kemudian memberhentikan kereta itu dan membelokkannya ke arah bengkel.
“makan kita lek? Masih tahannya kam?” bisikku ke njel yg saat itu kami berlima berhenti di bengkel dan andi, wira, melki menjelakan kondisi kereta itu.
“makan lah lek, ada maag ku nantik kumat” #bakkkhhh
“yodah lek, makan mana kita?, itu?” *menunjuk ke arah RM minang*
“BPK lah lek, aku pengen.” Wewww, ternyata si laek pengen mkan panggang :D
Sambil lirik kanan lirik kiri, ternyata ada BPK didekat bengkel itu.
“itu lek” *kataku sambil menunjuk ke rumah gubuk yg letaknya disamping kiri bengkel itu.
“kalian gak makan?” tanya njel ke orang andi, wira dan melki”
“enggak, kalian lah makan. Kami masih tahannya, bentar aja nya ini”
“ya, mana enak gitu, sama2 lah kita makan” #bujuk membujuk ni yeee :D
“yaudah luan lah, nantik kami nyusul” kata melki dan wira sambil melihat ke arah gubuk itu.
Aku dan njel pergi ke gubuk itu, kami letakkan kereta pas didepan gubuk dan langsung memesannya. Disusul dengan mereka ber3 yg menuju ke arah kami untuk makan bersama. Tapi sebelumnya terjadi percakapan diantara kami.
            “udah gini adja kita lek?” kata njel sambil mengambil tempat duduknya, “gak berkesan” sambungnya lagi.
            “kek mana lah lek, emang kam mau ke atas? Biar kita bilang nantik” jelasku yg sama2 pengen ke atas.”
            “ia lek, si andi tadi pun kek nya pengen kali ke atas”
            “iaa, nampak kok tadi lek. Yodah nantik kita bilang yaa” jawabku yg  berusaha untuk membujuk mereka agar naik ke atas lagi.
Dan sampailah mereka bertiga dengan keretanya, mereka menghampiri kami dua yg udah duduk. Andi masuk duluan dan melki wira dibelakangnya
            “lekk, kereta melki tadi dah bagus?” tanyaku membuka pembicaraan
            “udah, dah bisa pun”
            “udah kek semula? Kalau naik ke atas bisa gak? Kami mau naek ke atas” #ngeles dikit :D
            “ayok lah lekk” sambung njel
            “ayok ayok hahha” jawab andi.
Aku dan njel udah main mata dan senang dengan jawaban andi, tapiiiiii...
            “mau kemana kalian” melki melanjutkan pembicaraan
            “keatas lek, ya?”
            “keatas? Jangan lah akh. Itu udah tanda kalau kita gak diijinin ke atas” jelasnya dengan mengambil kenyataan yg ada
            “mau kemana?” sambung wira lagi
            “keatas”
            “akh janganlah, pantang kalu kita kesana lagi, udah turun masak naik lagi. Pantang balik lagi. Ntah pun disana makin parah nantik”
“tiga lawan dua siapa menang lek?” kata njel selara menyindir mereka.
“tiga lek, tiga suara” jelasku lagi
“gegara siapa ini, makanya gak jadi.oalah, kita datang Cuma buat andi bertukang trus balik lagi pulang, gak berkesan :D” nyindir melki karena kecelakaan yg kami alami itu perjalanan jadi tertunda dan batal naik ke atas.
“kit kan gatau bakalan kek gini, janji aku sama kalian keatas lagi kita nantik, tapi jangan sekarang yaa, kapan2 lah. Bulan september aku pun yg gerakkan.
“alahhh, kek betol adja” kataku karena gak yakin dengan omongannya.
“lek, si *nunjuk melki* “banyak” *jari tangan kanan di bukak tutupnya* seperti isyarat yg menandakan bahwa melki banyak cakapnya.
“enggak, serius aku. Pegang cakapku yokk” melki lagi2 meyakinkan
“gini adja, sukak kalian mau kemana. Tapi jangan ke atas lagi lah, kebawah adja kita” perkataan wira mendukung melki.
“mana ada yg mau ditengok kebawah” jelas andi lagi :D
Aku dan njel Cuma terdiam, tengok-tengok’an  dan sembari menyiapkan posisi untuk makan karena BPK nya sudah datang :D kami pun makan BPK nya sambil cerita dan tertawa2, sesekali wira membuat candaan, disambung lagi dengan ulah melki dan andi yg mau balap makan. Karena lapar dan capeknya, mereka tambah2 makannya.. setelah siap makan, kami poto2 dan melki menyuruh salah seorang anak kecil untuk memoto kami ber5 dengan mangkok dan piring2 yg berserak diatas meja.
Nahh, sekarang waktunya pulang. Sekitar jam tengah tujuh kami gerak dari gubuk itu. Kali ini ganti posisi. Berhubung njel masih takut mengendarain jadi terpaksa dia dibonceng dan melki terpaksa mengendarain spacy wira sendirian dan kebetulan dy gak terbiasa pakai supra. “kau dimana lek” tanya njel samaku. Aku yg agak2 ragu dengan wira karena takut kejadian itu terulang, ditambah gak mungkin lagi boncengan ma melki, takutnya oleng lagi. Terakhirnya “aku disini min” *nunjuk andi*.
Siippp, kami berangkat pulang dan melki kami suruh jalan duluan, sementara wira didepan dan aku ma andi di belakang. Jalanan sepi dan serasa milik kami berlima, iyaa.. bahkan sama sekali gak main gas, Cuma turun-turunan doank. Gak ada suara lain selain suara Njel yg sedang nyanyi dibonceng si wira. Karena kecelakaan itu membuat pedal keretanya melki patah satu, terpaksa kaki kiriku begantung2 dari berastagi sampai binjai. WAW ! gak ngeri kalian rasa? Beberapa x aku merosot kedepan dan beberapa x aku lasak di kereta karena kurang nyamannya posisi itu :D
            Sesekali kukasih aba2 ke andi supaya pelan2 waktu aku mulai merosot lagi :D jadi kan gak oleng, mungkin ada 10x kurasa :D hampir dekat pamela mungkin, aku gatau dimana pas nya, si andi udah bilang “huaahh, ngantokk aku nip” #wayyooo :D terlihat memang dari helm yg dipakainya itu goyang2 yg menandakan ia sudah mulai mengantuk.
“bakh jangan ngantok kau, jatuh nantik kita” kataku membalas ucapannya (kurasa dia gak dengar karena helm tadi).
Sampai di KM 17 andi nyuruh aku buat sms njel bilang kalau mereka dimana dan kita udah di 17, jumpa di turiam adja bilang. Okeh, send message dan delivered....
Ada balasan dari njel, ternyata mereka udah di 16, masih mau ku balas, kami yg udah nyampek turiam ternyata wira dan njel udah di sebelah kanan, mau nyebrang ke turiam dan melki udah dibelakang kami. Berhentilah  kami di turiam, tepatnya dibawah pohon ceri dan 5 meter lagi ada rekl kereta api dan mesjid. Kami kumpul disitu buat tukaran kereta dan itu sekitar jam tengah sembilan. Aku turun dari kereta, serasa gempa dan oleng yg membuatku seperti orang mabok, kami 5 melenggok2kan pinggang ini, serasa pantan pun udah gak ada lagi :D
            “udah gini adja?” kata andi “kek mimpi kurasa hari ini lah, bangun tidur, jalan ke berastagi habis itu balik” sambungnya lagi. Aku dan njel yg mendengar itu tertawa :D
            “gegara siapa lah ini?” lagi2 njel menyindir..
            “wkwkwwk, mimpi lek, mimpi :D” kataku dengan tangan di pinggang, yaa masih melemaskan otot2 pinggang.  Itupun mau ke TST lgi, tapi melki melarang karena takut kemalaman pulang (maklum, kami 2 cewek disitu) wkwkw..
Lama bicara2 kami mau pulang, tapi tiba2 jumpa ATIKA ! kawan selorong kami juga, yg gak kalah bocornya :D dia pun ngajak ke rumahnya dan kami makan kue raya juga minum sirupp..
           
            Cocok  kalian rasa? (and, mel, njel, wir) Kalau ada salah kata atau gak sesuai dengan sebenarnya, itu karena aku manusia biasa yg bisa lupa akan semua percakapan sepanjang perjalan kita ke berastagi itu. 31 agustus 2013 kejadian yg gak akan ku lupakan. Pergi berlandaskan ijin kebohongan, dibawak nyelip2 disempitnya jalan yg diapit dua mobil sekaligus dan beserak menimpa kawan sendiri :D
APA YG KALIAN RASAKAN?
Kalaupun ada kekecewaan, mungkin memang udah ini lah skenario yg Tuhan kasih buat kita di hari sabtu itu. Dan aku rasa kecewa itu tertutupi karena tiap candaan kita udah cukup menciptakan Kebahagian buat aku, kau dan kita :D Semua karena sahabat, kita bisa karena kita percaya kita mampu. Mampu untuk menerima setiap resiko yg terjadi di balik rencana kita.. Pengalaman adalah guru yg terbaik, semoga pengalaman kita sabtu kemarin (31 agustus 2013) mengajarkan kita buat menjadi pribadi yg lebih baik lagi ^.^ 





“1!24_Tu!2n1p”
(10 september 2013)