Rabu, 27 April 2016
Saksi Kebersamaan Kita
Mentari pernah melihat kita bertemu, hingga tenggelamnya pun dia masih
melihat kita bersama. Rembulan pernah menjaga kita dalam setiap hal yg
kita lakukan, bercengkrama dalam tawa dan hinaan yang kita ciptakan
bersama, mungkin dia juga pernah curhat kepada bintang karena mereka
sudah bosan melihat kita menjadi pengisi malam. Dan kalau boleh angin
berbicara, dia juga pasti protes untuk setiap keributan yang kita buat.
Apadaya ketika bertemu dunia serasa hanya milik kita, sementara
waktu yang terus berputar seperti baling-baling bambu membawamu keluar
angkasa dan meninggalkan sedikit resah dunia. Sahabat memang tidak harus
bersama setiap waktu, tapi seorang sahabat adalah orang yang
menyediakan waktunya demi sahabatnya bahkan saat waktu itu sedang
mencekiknya. True? Bagiku ini adalah sebuah kebenarannya. Sejauh apapun
kau, sesibuk apapun kau, secuek apapun kau, akan ada orang yang sok
perhatian bertanya kabarmu, sok peduli dengan kegiatanmu, dan sok
mengerti dengan keadaanmu. Ada saat dimana hatimu muak dan bosan dengan
sikapnya itu, ada saat dimana kau benar-benar rindu dengan tingkahnya
itu. Juga ada saat dimana kau merasa kehilangannya dan ingin menyapanya
kembali. Hingga dihari tua nanti, akan ada cerita panjang yang siap
didengarkan oleh anak-anakmu kelak. Bahkan saat uban tak lagi bisa dicat
hitam, akan ada masa dimana kau hanya mampu duduk diam disebuah kursi.
Merasakan kehadiran angin, sambil menatap langit tempat kediaman
Mentari, Rembulan dan Bintang yang dulu menjadi saksi kebersamaan kita.
Nantinya, merekalah yang menjadi teman setia tempatmu bercerita
mengenang masa lalu :)
Anak Pejalan kaki
Hai anak pejalan kaki. Apa kabar?
#Loh?
Iyaa, anak yang selalu mengandalkan kaki ini untuk
setiap tempat yang ingin kita tuju. Termasuk sekolah, Sekolah Menengah Atas
yang kata orang adalah masa-masa paling berkesan. Bisa dibayangkan donk setiap
pagi harus menyeberang, melewati becek, rel kereta api yang harus dilompati
dengan selingan aroma yang paling menusuk hidung. Sesekali ada bercak-bercak
tanah yang belepotan lengket disepatu usang ini dan harus beberapa kali menghempaskannya
agar tidak masuk membasahi kaki. Hempas lengket lagi, hempas lengket lagi. Bisa
diingat juga ancang-ancang kereta api yang tiba-tiba klekson nya berbunyi dari
arah belakang dan kaki ini harus secepat kilat lari nyari tanah yang aman agar
tubuh ini tidak melayang ke medan sana. Belum lagi wanti-wanti angsa beranak
tujuh sebelah rumah penduduk yang siap menyosor waktu kita melewati jalannya,
ini angsa sedikit serakah memang, berbagi jalan saja dia tidak mau. Sebaiknya perlu
dibuat jalan tol khusus untuk sang angsa. Ini belum siap, masih cerita mengenai
jalan kaki, saat udah melewati angsa, ternyata suara bel sekolah bunyi. “Teeeetttt,
teeeetttt...” agak panjang bunyinya, iyalah namanya bel masuk. Caw ! ini bukan
lagi jalan kaki, lari kaki :D
Oh iya, ini bukan aku sendiri yang lari-lari kayak
orang kesetanan ya, disini ada namanya Indah dan Hesti. Perkenalkan, mereka
anak tanah tinggi yang rumahnya berdekatan. Indah, orang jambi yang sekolah di
Binjai, dan tinggal dengan opung, kebetulan rumah sang opung ditanah tinggi,
aku mengenalnya di SMP, sekelas tapi tidak saling mengenal dan Hesti memang
sudah lama tinggal di tanah tinggi, baru kenalnya di SMA dan aku adalah orang
yang sudah dari lahir berada di Binjai dan tinggal dibelakang brimob. Lalu
kenapa aku bisa bersama mereka? Ho oh, kami bersama karena “Jalan Kaki”. Udah tau
donk jawabannya. .
Orang yang tepat waktu tapi bisa jadi terlambat
gara-gara yang dua ini, iya biang keroknya si hesti. Aku harus berjalan kaki
menuju rumah mereka dan menunggu mereka juga, serasa jarum jam cepat berlari,
tapi si hesti tak juga keluar dari rumahnya. Sekarang yang jalan bukan hanya
kaki, jantung dan otak pun udah ikut jalan, rambut yang tertata rapi udah kayak
zombi dan keringat juga udah seperti di pemanas nasi. Gimana enggak, itu pelajaran
fisika yang paling menakutkan.. Dan, tetottttt ! Beneran zonk, kita tiga udah
telat 15 menit dan paling memalukan disuruh cabut rumput, mending kalau rumputnya
panjang-panjang, ini sekutil mukmin. Dijariku pun dia tak mau tercabut waktu
dijepit, seharusnya saat itu kita bawak cangkul ya kan ndah? Si hesti bawak
goni, udah pas biar kita gonikan dia.
Selama tiga tahun seperti itu, dari kelas satu sampai
tiga SMA, dari yang tak berponi sampai berponi, belum lagi kalau poninya
selamat datang, kayak hesti, untung gak selamat tinggal. Kalau aku sama si
indah poninya miring kekanan dan kekiri, untung gak putar kenanan e, putar ke
kiri e, yakan ndah..
Kita bercerita dijalanan, cerita tentang sikawan. Entah
sikawan manalah itu, pokoknya kami punya kawan istimewa masing-masing,
harapannya sih menjadi kawan hidup, tapi sampai sekarang satu pun tak ada yang
tercapai dengan sikawan tadi. Haha, miris.. Tapi kita gak hobby galau lek, kau
tau keyboard warnet itu? Pernah kami banting gara-gara berebut chating,
maklum.. Dulu jamannya facebook dan kami tak punya hp canggih, alhasil satu com
warnet kongsi tiga. Sekalian ngerjain tugas juga kok, meski yang pertama
dilakukan adalah online dan sayang sekali mouse pun menjadi korban kegilaan
ini..
Selalu dengan kebiasaan jalan kaki ini, dari
kebiasaan ini kita bisa membentuk yang namanya HeIrIn, sedikit alay tapi nama
itu diciptakan dan disah kan juga adalah saat lagi jalan kaki bersama mereka.
Hidup jalan kaki ! :D Kalau dipikir-pikir, kini sudah dewasa, selesai dari
sekolah mereka berdua merantau. Terlebih indah yang berbeda provinsi, meski
begitu kita masih komunikasi walau tak seintens dulu. Bahkan yang dua ini beberapa
kali melapor sudah punya teman hidup, cieeee. Aku gimana? Ya gak gimana-gimana.
Kita punya jalan hidup yang memang harus dijalani bukan? Jika berjalan kaki
sudah menyenangkan, untuk apa berlari tergesa-gesa?
Saat ini mungkin kurang mengetahui kabar kalian, tidak
lagi paham mengenai pesan kalian, enggan
berkomunikasi dan terlalu asik dengan dunia ku. Tapi saat orang lain bertanya
ataupun menyebut nama kalian, akan ada banyak kisah yang akan kuceritakan
disini. Ada hari yang sangat ingin kutunggu, bahkan jika hanya sekedar satu
hari. Bertemu dengan mereka tanpa kurang seorang pun, berjalan kaki kemana saja
menghabiskan hari, bercerita sampai habis petang dan terlelap dengan mimpi akan
masa depan. Wah, sangat kutunggu :)
Langganan:
Postingan (Atom)