Rabu, 14 November 2012

Serba Sibuk


Suasana masih pagi dan matahari mulai menampakkan sinarnya.Hentakkan kakiku yg cepat terus melangkah memasuki gerbang sekolah. Tak peduli orang sekitar dengan sapaannya,seakan kuterlihat angkuh. dan ku terus melangkah hingga ku temui sebuah ruang persegi dan memasukinya. Kursi yang berserakan ku biarkan begitu saja. Secepat mungkin ku jatuhkan tas dan membukanya,memilah-milah dan kudapati sebuah latihan tugas,kuteruskan membuka kotak pensil dan mengambil sebuah pena hitam. Kemudian ku berlari dan membiarkan tas ku terjatuh. Kulihat octrine teman sebangku ku yang berjalan tepat disampingku “dah siap tugasmu trine ??” sambil terengah-engah aku bertanya.
“belum lah,gak tau aku caranya. Macam tak tau kau,kalau fisika aku tak pernah siap. Hehe ..” mengatakan dengan tertawa kecil.
“waduuhh,ayoklah kerjain. Bisa mampus aku kalau disuruh kedepan tapi belum siap sama sekali” sambil mencari lapak buat nyontek ke teman yang udah siap,mengingat pak toyo adalah guru yg harus tepat waktu dalam mengumpul tugas.
“cuuukkkkkkk,,liat fisika mu min” teriakku dari jauh sambil berlari mendatangi bangku Rut teman sekelasku,namun ia duduk di depan sedangkan aku di belakang. Ku hentakkan buku catatanku. “mana punyamu,liat dulu nomor satu” kataku dengan nafas yang belum juga stabil.
“itu sama si desy” mulutnya kedepan menunjuk kearah buku latihannya yg di pinjam desi(teman sebangkunya)
“minggirrr . . minggir . . awas dulu kau laeee,belum siap aku. Kau kan dah setengah” kataku kepada desy sambil meletakkan sebagian tubuhku ke bangkunya si desy hingga kami berdua duduk satu bangku dan menggeser buku si rut supaya bisa ku salin.
“lasak ya ra,aku pun belum siap. Bagi2 napa ..” kata desy sedikit dongkol yang melihatku.
“yaudah ini salin,cepatlah begerak tanganmu lae . . bentar lagi bel”. Ku menggeser kembali buku si rut dan ku letakkan di pertengahan buku aku dan desi agar kami dapat menyalinnya.
Kemudian ku merasakan sesuatu yg diletakkan tepat di punggungku,ketika ku berpaling,kulihat octrine yang meletakkan buku nya di punggungku,seolah punggungku adalah meja tulis.
“mantap ya trine,kayak meja yaaa . .” kataku dengan menyindir,tetapi pena yang tercepit di jemariku terus bergoyang dan menyalin angka demi angka,rumus demi rumus yang berada dicatatan si rut.
“hehe,liaatt aku yaa . . sayang kalau nganggur ra,lumayan kan. Hahaha . .” dia menjawab dan masih terus menahan bukunya dipunggungku,hingga aku sedikit takut bergerak. Ku biarkan ia terus menulis dipunggungku dan mata tak beralih dari buku latihannya si rut.
Pulpen terus berkejar-kejaran dibaris kertas putih,tak peduli tulisan yang indah seperti cakar ayam yang telah tercipta karena terburu-buru. Sedikit lagi hampir siap tugas yang ku salin.Tiba-tiba, “pak toyo” teriak salah seorang temanku yg berada dekat dengan jendela. Tersentak aku mendengar hal itu,jantung yang belum stabil kini berdetak lebih cepat,jantungku  seperti orang yg sekarat dan hampir mati yang dipompa dengan paksa.
“mampuuss awaq,belum siap punyakku” kataku tergesa-gesa sambil terus menyempatkan agar angka dan rumus tersebut dapat terselesaikan.
Suasana semakin risau. Teman-temanku juga semakin sibuk,berlari ke tempat duduknya masing-masing. Tanpa peduli,meja dan kursi-kursi yang berserakan sebagian menghalangi langkah mereka. Hingga “pprrrraaaakkkkk” salah satu kaki temanku mencium kaki meja. Kami tertawa kecil,namun tetap bergegas dan terus berlari mendapati kursi dan meja masing-masing. Tat kala aku berlari,ku tinggalkan bukunya si rut dan melangkahkan kakiku. Dengan usil aku melihat dari selip jendela kaca yg hitam. Dan kulihat wajah seorang guru fisika kamiyang akan menuju kelas ,dengan satu buku pegangan di tangan kanannya dan satu pulpen yang menggantung di sela kantong baju dinasnya. Langkah kakinya dari sebuah lapangan kecil semakin mendekati kelas kami.
Sampailah pak toyo dikelas kami,berjalan melewati pintu,papan tulis dan kemudian berdiri di samping bangku depan yang khusus untuk guru.
“berdiri !” teriak seorang ketua kelas kami yg bernama fadil.
“sebelum memulai pelajaran,marilah kita berdoa menurut agama dan kepercayaan kita masing-masing,doa di mulai” sambungnya kemudian setelah kami berdiri.
Aku yang diam-diam di belakang masih memegang pena, dalam keadaan berdiri terus menyalin,sementara mereka telah menutup mata dan tangan menengadah keatas dan sebagian lagi ada yang berlipat. Kemudian aku menutup mata dan Saat ku ingin melipat tanganku,terdengar kalimat “Doa SELESAI” dari ketua kelas.
“aiiimakkk,baru lagi aku mau lipat tangan,dah selesai pulak lah,makin banyak lah dosaku bakhh” kataku dalam hati dan pura-pura membuka mata seolah aku juga telah berdoa.
“beri salam kepada bapak guru” sambung ketua kelas setelah selesai berdoa.
“selamat pagii pakkk . .” sahut kami satu kelas yang masih dalam keadaan berdiri.
“iakk,selamat pagi juga,silahkan duduk” jawab pak toyo yang kemudian menggeser kursinya dan duduk.
“ada PR nya kan . . iaa coba dikumpul dulu yaa . .” kata pak toyo sambil mengambil buku panjang yang tipis dan mulai mengabsen kami.
Bergegas kami tinggalkan bangku kami,mengambil buku latihan dan meninggalkan meja melangkahkan kaki menuju ke depan dan meletakkan buku di atas meja yang terselimuti oleh kain batik berwarna coklat dan ditimpa sebuah ukiran tanah liat yg kinclong dan berbentuk wadah yang berisi bunga mati. Satu persatu kami berbalik dan kembali ke tempat duduk kami masing-masing. Tiba-tiba suasana hening,aku pun turut hening dan bungkam di meja,tempat ku meletakkan kedua tanganku. Jari-jariku bergerak keatas dan kebawah,mengetuk meja hingga menimbulkan bunyi kecil. Mataku tak sengaja melihat kearah meja guru. Terlihat mata seorang guru yang melihat sebuah buku absensi,arah kelopak mata yg mengikuti bola mata bergerak dari atas ke bawah. Mencari sebuah nama yang akan terpanggil. Kemudian mata ku beralih kesebelah samping kananku,dimana Teman ku andi dan geta yang biasanya buat ribut,terlihat diam dan tegang. Melihat itu,bibirku menipis dan menjadikan pipiku naik karena menahan sebuah tawa karena melihat keheningan yg menegangkan ini.
“iaakkk !” suara teriakan pak toyo membuat kepala ini tersentak dan memandangnya.
“siapa yg bisa coba dulu majuu yaaa . . “ lanjutnya dengan nada tinggi yang sedang main plesetan.
            Buku paket diatas meja dibuka lebar,catatan dilebarkan dan tangan menjepit pulpen. Seolah kami sedang berfikir dan belajar mencari jawabannya. Padahal dalam hati masih tersisih sedikit ketegangan yang karena takut menjadi orang yg terpilih,terpilih untuk dapat berdiri memegang spidol dan merangkai angka dengan kamus-kamus di sebuah papan tulis putih yg bersih.Aku menundukkan kepala dan menyembunyikan diriku di belakang teman-temanku.Membalik-balikkan buku paket, berdiam dengan tenang namun ketegangan masih tetap tertinggal. Octrine juga melakukan hal yg sama denganku.Tak terkendali, mataku tiba-tiba berpapasan dengan mata bapak itu.
“iaakk,turnip boru dulu maju yaa . . udah pintar dia,dari tadi baca buku fisika” tiba-tiba pak guru menyebut namaku dengan terbalik (yaa,ciri khas bapak itu) dan menyuruhku untuk menyelesaikan soal yg di berikan.
Seketika aku tercengang,mata bolang dan berkedip. Aku dan octrine bertatap-tatapan,ia dan teman-temanku menghelai nafas seolah merasa lega karena selamat sebagai orang yg tak terpilih.
“mana yg kau catat trine,ada pertinggalnya samamu ??” tanyaku pada octrine dengan tergesa-gesa membolak-balikkan catatan octrine.
“gak ada ra,belum sempat ku salin” jawabnya dengan santai dan sedikit serius.
“beghh,mati lah aku trine,apa yg mau kutulis di situ ?” tanya ku ketakutan dengan nada bingung yang luar biasa. Octrine hanya tertawa dan bilang “ayoo,semangat ira,kamu pasti bisa . . hahaha . .”
Aku menggerakkan kakiku keluar dari bangku dan berjalan perlahan-lahan,seolah kaki ini lengket dan sangat berat buat melangkah.Terus meninggalkan bangku dan bermodalkan buku paket di tangan kananku. Tiba disamping meja guru,tanganku meraih sebuah spidol hitam yg terletak diatasnya,kemudian mulai menggoreskan tinta spidol ke papan tulis hingga membuat suatu angka dan menyusun rumus-rumusnya. Namun setelah itu spidolku berhenti,tak terpikirkan lagi apa yg akan di tulis. Semua isi otak ku seperti terkuras sebelum diisi.Aku berbalik dan melirik ke belakang,semua mata tertuju kepadaku,menunggu akhir jawaban dari rumus-rumus tersebut. Aku hanya berharap seorang malaikat jurusan fisika dapat membantuku menggerakkan spidol itu dengan hasil yg tepat . .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar