Suasana
masih pagi dan matahari mulai menampakkan sinarnya.Hentakkan kakiku yg cepat
terus melangkah memasuki gerbang sekolah. Tak peduli orang sekitar dengan
sapaannya,seakan kuterlihat angkuh. dan ku terus melangkah hingga ku temui
sebuah ruang persegi dan memasukinya. Kursi yang berserakan ku biarkan begitu
saja. Secepat mungkin ku jatuhkan tas dan membukanya,memilah-milah dan kudapati
sebuah latihan tugas,kuteruskan membuka kotak pensil dan mengambil sebuah pena
hitam. Kemudian ku berlari dan membiarkan tas ku terjatuh. Kulihat octrine
teman sebangku ku yang berjalan tepat disampingku “dah siap tugasmu trine ??”
sambil terengah-engah aku bertanya.
“belum
lah,gak tau aku caranya. Macam tak tau kau,kalau fisika aku tak pernah siap.
Hehe ..” mengatakan dengan tertawa kecil.
“waduuhh,ayoklah
kerjain. Bisa mampus aku kalau disuruh kedepan tapi belum siap sama sekali”
sambil mencari lapak buat nyontek ke teman yang udah siap,mengingat pak toyo
adalah guru yg harus tepat waktu dalam mengumpul tugas.
“cuuukkkkkkk,,liat
fisika mu min” teriakku dari jauh sambil berlari mendatangi bangku Rut teman
sekelasku,namun ia duduk di depan sedangkan aku di belakang. Ku hentakkan buku
catatanku. “mana punyamu,liat dulu nomor satu” kataku dengan nafas yang belum
juga stabil.
“itu sama si
desy” mulutnya kedepan menunjuk kearah buku latihannya yg di pinjam desi(teman
sebangkunya)
“minggirrr .
. minggir . . awas dulu kau laeee,belum siap aku. Kau kan dah setengah” kataku
kepada desy sambil meletakkan sebagian tubuhku ke bangkunya si desy hingga kami
berdua duduk satu bangku dan menggeser buku si rut supaya bisa ku salin.
“lasak ya
ra,aku pun belum siap. Bagi2 napa ..” kata desy sedikit dongkol yang melihatku.
“yaudah ini
salin,cepatlah begerak tanganmu lae . . bentar lagi bel”. Ku menggeser kembali
buku si rut dan ku letakkan di pertengahan buku aku dan desi agar kami dapat
menyalinnya.
Kemudian ku
merasakan sesuatu yg diletakkan tepat di punggungku,ketika ku berpaling,kulihat
octrine yang meletakkan buku nya di punggungku,seolah punggungku adalah meja
tulis.
“mantap ya
trine,kayak meja yaaa . .” kataku dengan menyindir,tetapi pena yang tercepit di
jemariku terus bergoyang dan menyalin angka demi angka,rumus demi rumus yang berada
dicatatan si rut.
“hehe,liaatt
aku yaa . . sayang kalau nganggur ra,lumayan kan. Hahaha . .” dia menjawab dan
masih terus menahan bukunya dipunggungku,hingga aku sedikit takut bergerak. Ku
biarkan ia terus menulis dipunggungku dan mata tak beralih dari buku latihannya
si rut.
Pulpen terus
berkejar-kejaran dibaris kertas putih,tak peduli tulisan yang indah seperti
cakar ayam yang telah tercipta karena terburu-buru. Sedikit lagi hampir siap
tugas yang ku salin.Tiba-tiba, “pak toyo” teriak salah seorang temanku yg
berada dekat dengan jendela. Tersentak aku mendengar hal itu,jantung yang belum
stabil kini berdetak lebih cepat,jantungku seperti orang yg sekarat dan hampir mati yang
dipompa dengan paksa.
“mampuuss
awaq,belum siap punyakku” kataku tergesa-gesa sambil terus menyempatkan agar
angka dan rumus tersebut dapat terselesaikan.
Suasana
semakin risau. Teman-temanku juga semakin sibuk,berlari ke tempat duduknya
masing-masing. Tanpa peduli,meja dan kursi-kursi yang berserakan sebagian
menghalangi langkah mereka. Hingga “pprrrraaaakkkkk” salah satu kaki temanku
mencium kaki meja. Kami tertawa kecil,namun tetap bergegas dan terus berlari
mendapati kursi dan meja masing-masing. Tat kala aku berlari,ku tinggalkan
bukunya si rut dan melangkahkan kakiku. Dengan usil aku melihat dari selip
jendela kaca yg hitam. Dan kulihat wajah seorang guru fisika kamiyang akan
menuju kelas ,dengan satu buku pegangan di tangan kanannya dan satu pulpen yang
menggantung di sela kantong baju dinasnya. Langkah kakinya dari sebuah lapangan
kecil semakin mendekati kelas kami.
Sampailah
pak toyo dikelas kami,berjalan melewati pintu,papan tulis dan kemudian berdiri
di samping bangku depan yang khusus untuk guru.
“berdiri !”
teriak seorang ketua kelas kami yg bernama fadil.
“sebelum
memulai pelajaran,marilah kita berdoa menurut agama dan kepercayaan kita
masing-masing,doa di mulai” sambungnya kemudian setelah kami berdiri.
Aku yang
diam-diam di belakang masih memegang pena, dalam keadaan berdiri terus
menyalin,sementara mereka telah menutup mata dan tangan menengadah keatas dan
sebagian lagi ada yang berlipat. Kemudian aku menutup mata dan Saat ku ingin
melipat tanganku,terdengar kalimat “Doa SELESAI” dari ketua kelas.
“aiiimakkk,baru
lagi aku mau lipat tangan,dah selesai pulak lah,makin banyak lah dosaku bakhh”
kataku dalam hati dan pura-pura membuka mata seolah aku juga telah berdoa.
“beri salam
kepada bapak guru” sambung ketua kelas setelah selesai berdoa.
“selamat
pagii pakkk . .” sahut kami satu kelas yang masih dalam keadaan berdiri.
“iakk,selamat pagi juga,silahkan duduk” jawab pak toyo yang kemudian menggeser kursinya dan duduk.
“iakk,selamat pagi juga,silahkan duduk” jawab pak toyo yang kemudian menggeser kursinya dan duduk.
“ada PR nya
kan . . iaa coba dikumpul dulu yaa . .” kata pak toyo sambil mengambil buku
panjang yang tipis dan mulai mengabsen kami.
Bergegas
kami tinggalkan bangku kami,mengambil buku latihan dan meninggalkan meja
melangkahkan kaki menuju ke depan dan meletakkan buku di atas meja yang
terselimuti oleh kain batik berwarna coklat dan ditimpa sebuah ukiran tanah
liat yg kinclong dan berbentuk wadah yang berisi bunga mati. Satu persatu kami
berbalik dan kembali ke tempat duduk kami masing-masing. Tiba-tiba suasana
hening,aku pun turut hening dan bungkam di meja,tempat ku meletakkan kedua
tanganku. Jari-jariku bergerak keatas dan kebawah,mengetuk meja hingga menimbulkan
bunyi kecil. Mataku tak sengaja melihat kearah meja guru. Terlihat mata seorang
guru yang melihat sebuah buku absensi,arah kelopak mata yg mengikuti bola mata
bergerak dari atas ke bawah. Mencari sebuah nama yang akan terpanggil. Kemudian
mata ku beralih kesebelah samping kananku,dimana Teman ku andi dan geta yang
biasanya buat ribut,terlihat diam dan tegang. Melihat itu,bibirku menipis dan
menjadikan pipiku naik karena menahan sebuah tawa karena melihat keheningan yg
menegangkan ini.
“iaakkk !”
suara teriakan pak toyo membuat kepala ini tersentak dan memandangnya.
“siapa yg
bisa coba dulu majuu yaaa . . “ lanjutnya dengan nada tinggi yang sedang main
plesetan.
Buku paket diatas meja dibuka
lebar,catatan dilebarkan dan tangan menjepit pulpen. Seolah kami sedang
berfikir dan belajar mencari jawabannya. Padahal dalam hati masih tersisih
sedikit ketegangan yang karena takut menjadi orang yg terpilih,terpilih untuk
dapat berdiri memegang spidol dan merangkai angka dengan kamus-kamus di sebuah
papan tulis putih yg bersih.Aku menundukkan kepala dan menyembunyikan diriku di
belakang teman-temanku.Membalik-balikkan buku paket, berdiam dengan tenang
namun ketegangan masih tetap tertinggal. Octrine juga melakukan hal yg sama
denganku.Tak terkendali, mataku tiba-tiba berpapasan dengan mata bapak itu.
“iaakk,turnip
boru dulu maju yaa . . udah pintar dia,dari tadi baca buku fisika” tiba-tiba
pak guru menyebut namaku dengan terbalik (yaa,ciri khas bapak itu) dan
menyuruhku untuk menyelesaikan soal yg di berikan.
Seketika aku
tercengang,mata bolang dan berkedip. Aku dan octrine bertatap-tatapan,ia dan
teman-temanku menghelai nafas seolah merasa lega karena selamat sebagai orang
yg tak terpilih.
“mana yg kau
catat trine,ada pertinggalnya samamu ??” tanyaku pada octrine dengan
tergesa-gesa membolak-balikkan catatan octrine.
“gak ada
ra,belum sempat ku salin” jawabnya dengan santai dan sedikit serius.
“beghh,mati
lah aku trine,apa yg mau kutulis di situ ?” tanya ku ketakutan dengan nada
bingung yang luar biasa. Octrine hanya tertawa dan bilang “ayoo,semangat ira,kamu
pasti bisa . . hahaha . .”
Aku
menggerakkan kakiku keluar dari bangku dan berjalan perlahan-lahan,seolah kaki
ini lengket dan sangat berat buat melangkah.Terus meninggalkan bangku dan
bermodalkan buku paket di tangan kananku. Tiba disamping meja guru,tanganku
meraih sebuah spidol hitam yg terletak diatasnya,kemudian mulai menggoreskan
tinta spidol ke papan tulis hingga membuat suatu angka dan menyusun
rumus-rumusnya. Namun setelah itu spidolku berhenti,tak terpikirkan lagi apa yg
akan di tulis. Semua isi otak ku seperti terkuras sebelum diisi.Aku berbalik
dan melirik ke belakang,semua mata tertuju kepadaku,menunggu akhir jawaban dari
rumus-rumus tersebut. Aku hanya berharap seorang malaikat jurusan fisika dapat
membantuku menggerakkan spidol itu dengan hasil yg tepat . .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar